Rabu, 28 Mei 2025

25-05-2025

 

Aku kehilangan salah satu temanku. Bukan sekadar teman biasa—ia sahabat baik, bahkan sangat baik. Namanya Sabil.

Hari itu, kecelakaan menimpanya. Aku panik, begitu juga semua orang di sekitarku. Dunia seperti terhenti sejenak. Tak lama, kami mendapat kabar bahwa Sabil harus dioperasi. Tanpa pikir panjang, kami menyetujui saran dari rumah sakit. Apapun demi kesembuhannya. Yang penting, Sabil bisa kembali sehat.

Operasi berjalan lancar, dan dokter berkata fisiknya sudah jauh lebih kuat. Ia pun diperbolehkan pulang, dan menjalani rawat jalan seperti anjuran dokter. Tapi, beberapa hari kemudian, tubuhnya melemah lagi. Sabil mengalami masa kritis selama dua hari penuh. Waktu terasa lambat, penuh harap dan doa yang tak henti-henti.

Hingga akhirnya, di tanggal yang cantik itu, hari Minggu, 25 Mei 2025—Tuhan memanggilnya pulang. Memeluknya dengan kasih yang tak bisa kami lawan.

Mungkin… Tuhan memang lebih sayang Sabil daripada kita semua. Tapi kehilangan ini tetap menyisakan ruang kosong di hati kami yang tak akan pernah sama lagi.

Malam itu, aku, Dio, dan teman-teman lain kaget sejadi-jadinya. Kami benar-benar tidak menyangka hal ini akan terjadi secepat itu. Rasanya seperti mimpi buruk yang tiba-tiba datang tanpa aba-aba.

Abil... kenapa secepat ini?

Gue kecewa, Bil. Bukan karena lo salah, tapi karena semua ini terasa terlalu cepat. Kita masih punya banyak rencana, kan? Kita mau jalan-jalan bareng. Lo janji mau ke Jogja sama gue nanti, di bulan kelahiran gue. Tapi... kenapa lo pergi duluan?

Kalau aja boleh egois… gue cuma minta satu hal: sekali lagi, Bil. Sekali lagi aja, buat lihat lo senyum, buat denger lo ketawa, buat bareng-bareng kayak dulu lagi. Tapi sekarang yang tersisa cuma kenangan, dan rasa kehilangan yang begitu dalam.

Bil... setelah gue denger berita lo meninggal, gue hancur. Lebur. Badan gue gemeter, napas gue nggak teratur, pikiran gue kosong. Gue masih berharap ini cuma mimpi buruk, yang nanti gue bangun dan semuanya kembali kayak semula.

Refleks, gue langsung buka HP dan chat lo, nanya: “Bil, ini bener gak sih?” Tapi… gue lupa. Nomor lo udah nggak aktif sejak kecelakaan itu. Dan dari situ, gue sadar… ternyata bener ya, Bil? Lo beneran pergi. Ninggalin gue. Ninggalin kita semua.

Dio, cowok gue yang juga sahabat lo, langsung panik nyari kendaraan biar bisa nyusul dan ngeliat lo untuk terakhir kalinya. Dan gue… gue akan datang besok pagi, Bil. Buat nemuin lo. Buat ngeliat lo sekali lagi, walau nggak lagi bisa gue peluk, nggak lagi bisa gue ganggu.

Dulu, tiap kita ketemu, pasti ribut. Kita berantem mulu, sampe yang lain pada pusing sendiri. Tapi... sekarang kita ketemu lagi, dan lo diem aja, Bil.
Kenapa?

Kenapa badan lo terbaring lemah?
Kenapa lo dibungkus kain putih?
Kenapa lo tidur, Sabil?

Bangun, Bil. Ayolah... kita masih punya banyak cerita. Tapi kalau ini jalan Tuhan, gue harap lo tenang di sana. Dan tahu, kalau di sini… ada banyak hati yang kehilangan lo. Salah satunya, gue.

Pas gue datang ke rumah lo waktu itu… itu bukan kunjungan biasa.
Bukan kayak dulu, saat kita janjian mau main, atau sekadar ngobrol.
Gue datang untuk hal yang paling nggak pernah gue bayangin:
Ngeliat lo… untuk yang terakhir kalinya sebelum lo dimasukin ke dalam tanah.

Gue saksi, Bil. Gue liat semuanya. Lo dimandikan dengan penuh hati-hati. Lo dikafani dengan begitu lembut. Dan jujur… lo cantik banget, Bil.
Cantik, tenang, damai. Tapi dingin. Dan gue tahu… dari sana, lo pasti liat kami semua, ya?
Lo liat gue juga kan?

Gue harus kuat, Bil. Untuk Dio. Untuk Ola. Mereka masih butuh gue—raga gue, pelukan gue, senyum gue. Karena sekarang… raga lo udah nggak bisa dipeluk lagi.
Sabil… gue harus gimana?

Waktu raga lo diangkat untuk disholatin, hati gue kayak ditusuk.
Biasanya lo yang bilang, “Gue sholat dulu, ya.”
Tapi kali ini, raga lo yang disholatin sama semua orang…
Dan pas lo dimasukin ke dalam ambulans—gue gak rela, Bil.
Gue nangis dalam hati sambil bilang, “Ayo pulang, Bil. Main lagi bareng gue. Lo ngapain sih naik ambulans?”

Tapi itu cuma bayangan.
Nyatanya… lo udah pergi. Dan gue—gue adalah salah satu orang yang nganterin lo sampai ke rumah baru lo itu.
Tempat peristirahatan lo yang terakhir.

Tenang di sana, ya, Bil. Tapi kalau lo bisa denger… tau nggak?
Di sini, ada seorang sahabat yang kehilangan lo sedalam-dalamnya.

Sehabis gue nganter lo ke rumah baru lo, rasanya… hampa, Bil.
Di dalam mobil, gue cuma bisa bengong. Tatapan kosong, ngeliatin jalanan yang biasa kita lewatin bareng.
Dalam hati gue masih berharap—semua ini cuma perjalanan menuju rumah lo, terus lo bakal nyambut gue kayak biasanya, dengan senyum dan candaan lo yang khas. Tapi ternyata… enggak.

Air mata gue udah nggak bisa turun, Bil. Bukan karena gue nggak sedih. Tapi karena rasa sakitnya udah terlalu dalam, sampai nangis pun rasanya udah nggak cukup buat ngewakilin semua ini. Gue sakit. Sakit banget. Tapi gue tahu… gue harus kuat. Harus tetap berdiri.

Pas gue sampai rumah lo, semua terasa nyata. Lo beneran udah nggak ada.
Gue liat baju-baju lo yang masih tergantung.
Helm yang biasa lo pake tiap kita main… masih ada di tempatnya.
Barang-barang yang lo pakai—semua masih ada, tapi lo-nya udah nggak di sana.

Yang tersisa cuma kenangan.
Hamparan benda-benda yang sekarang cuma bisa jadi pengingat… bahwa dulu, lo pernah ada. Pernah hidup. Pernah tertawa. Pernah jadi bagian penting dalam hidup kami semua. Dalam hidup gue.

Dan sekarang, Bil… yang tinggal cuma rindu.

Bil… janji ya, nanti kita ketemu lagi di kehidupan selanjutnya.
Jadi temen gue lagi. Sahabat gue lagi. Jangan lupa, ya?

Makasih banyak, Bil. Karena lo adalah bagian penting dari hidup gue—dan Dio.
Lo yang ngenalin kita. Lo yang jadi jembatan.
Lo yang selalu dukung dan percaya, bahkan waktu kami berdua belum yakin arah hubungan ini mau kemana.

Gue dan Dio janji, kita bakal sering main ke rumah lo.
Kita bakal terus kunjungin lo, duduk di samping lo, cerita apa aja yang terjadi.
Lo gak akan pernah kesepian, Sabil. Lo nggak akan pernah dilupain.

Kalau nanti gue dan Dio… bisa sampai di titik yang lo harapkan—happy ending,
Gue janji, lo akan jadi orang pertama yang tahu.
Karena lo yang paling excited, lo yang paling semangat nunggu kita bareng-bareng.

Tapi sayangnya, Bil… takdir punya jalannya sendiri.
Jalan yang misahin raga kita, tapi gak akan pernah misahin ingatan dan ikatan ini.

Sabil… nanti kita ketemu lagi ya?
Entah kapan, di mana… tapi kalau Tuhan izinkan, gue pengen peluk lo lagi.
Ketawa bareng lagi. Dan bilang langsung ke lo:
"Gue dan Dio... kita berhasil, Bil. Dan lo bagian dari itu semua."

Sampai saat itu tiba… istirahat yang tenang, ya, Bil.
Gue di sini… nggak akan lupa.

Tiga hari sejak kepergian lo, gue masih rapuh, Bil.
Jiwa gue kayak belum balik ke tubuh sepenuhnya.
Kayak masih nyangkut di tawa kita, di momen-momen kecil yang dulu sering banget kita lewatin bareng.

Gue tahu… gue harus ikhlas. Tapi susah, Bil.
Baru tadi, gue buka HP dan ngechat lo—masih berharap lo bales.
Dulu, lo tuh yang paling fast respon tiap gue cerita, tiap gue ngeluh, atau cuma ngirim stiker random.
Sekarang… udah beberapa hari lo slow respon, ya?
Atau mungkin… nggak akan bales lagi sama sekali.

Gue abis liat chat kita. Ternyata banyak banget hal yang gue ceritain ke lo.
Dan lo tuh selalu bales dengan voice note. Suara lo, Bil… sekarang itu satu-satunya yang bisa gue puter kalau gue kangen.
Dan gue kangen. Banget.

Tapi… bisa nggak sih kangen ini lo denger?
Bisa nggak sih, sekali aja lo datang ke mimpi gue,
ngomong dengan suara lo yang lembut,
“Gue nggak papa, tenang aja ya…”

Gue cuma butuh itu, Bil. Satu kalimat.
Biar gue bisa tenang, biar gue bisa ngelanjutin hari-hari tanpa terus merasa kosong.

Gue hancur, Bil. Tapi gue juga lagi nyoba kuat.
Buat Dio. Buat Ola. Buat orang-orang yang masih butuh gue.

Tapi lo… kalau bisa denger ini… datang ya, Bil.
Datang walau cuma sebentar, walau cuma di mimpi.
Biar gue bisa percaya, lo emang beneran tenang di sana.


Selasa, 19 Maret 2024

19 maret 2024

 malam ini aku begitu sedih, perasaan sedihku memuncak untukmu. aku kesal, aku marah tetapi tidak bisa dipungkiri aku sangat sesayang itu padamu. andai aku bisa mengutarakan semua pikiran negative ku ke kamu. aku bisa menceritakan semuanya kepadamu, namun aku terlalu takut untuk segala respon kamu terhadapku. respon mu yang sangat aku benci, jawaban yang sangat tidak aku mau lihat lagi. apa kamu akan tetap menjadi seperti ini? 

apa kamu tahu, betapa berusaha nya aku supaya aku terlihat sempurna untuk kamu, aku mempelajari banyak hal tentang wanita yang kamu impikan, tetapi rasanya usahaku masih belum cukup untuk kamu ya? 

sabarku harus ku perluas sampai mana lagi tuan? aku sudah cukup menuruti semua mau mu, tapi kamu tidak pernah memberi feedback yang sama akan hal itu. aku benci kamu, but i love you so much. bersamamu memang aku terluka, tetapi melepaskanmu aku lebih terluka.

aku harus bertahan sampai sejauh mana lagi? aku harus menunggu mu sampai sejauh apa lagi? kurasa penantianku sudah sejauh ini, aku sudah sampai disini, tetapi kamu samasekali belum menjadi apa yang aku mau padahal selama ini aku selalu belajar menjadi apa yang aku mau.

i know, semua butuh proses. aku juga tidak meminta hasil instanmu itu, aku lebih baik melihatmu berproses dibanding aku melihatmu mengulangi kesalahan yang sama. kesalahan yang terus kamu ulangi hanya kamu balut dengan kata maaf, apa ada sedikikt niatmu untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut? perempuan selalu membutuhkan bukti.

awalnya aku sudah mengklaim kamu sebagai laki laki terhebat, lagipula akhir akhir ini aku tidak pernah menangis lagi akan ulahmu, tetapi jangan hanya karna aku sudah tidak pernah menangis kamu akan seenaknya bersikap semaumu, aku masih punya hati untuk kamu jaga sebaik mungkin.

bukan kah kamu pernah bilang takut akan kehilanganku? tetapi semua sifatmu seolah olah menyuruhku untuk pergi dari kamu. dari yang aku memang tidak mempunyai niat untuk pergi dan bertahan dengan kamu karna aku percaya kamu akan berubah menjadi yang lebih baik, dan akhirnya pikiranku berubah menjadi aku akan pergi ketika waktunya sudah habis.

aku capek mengerti kamu terus, aku juga mau dimengerti walaupun hanya satu kali saja. aku juga capek sama kehidupanku, aku juga mau ditanya "gimana hari ini" "ada cerita apa" bahkan untuk menjadi seorang seperti itupun kamu tidak mampu, but i never hated you. karena emang dari dulu cuma aku yang berjuang buat kamu, sedangkan kamu selalu ngasih respon tawar.

Selasa, 16 Januari 2024

16 januari 2024

 ceritaku hari ini

sampai saat ini aku masih belum bisa nerima keadaan kalo kita sudah selesai. aku masih memikirkan bagaimana kabarmu disana. kamu dan aku yang sama sama mencari kesibukan lewat kegiatan masing masing, kamu yang terlalu have fun dengan temanmu tanpa meningatku, dan aku yang selalu berusaha mencari sibuk agar aku tidak teringat tentang kamu.

runtuh, duniaku runtuh. semestaku hilang begitu saja. hari ini terlalu hampa untuk kujalani sendiri tanpa kamu yang biasanya selalu menenamani hari hariku. sampai saat ini aku belum sadar kalau kamu bukan lagi milikku, aku belum sadar kalau kamu sudah pergi, saat kamu memilih pergi, rasanya separuh hidupku hancur. aku yang ibarat kaca pecah yang sudah tidak bisa disusun kembali dengan cara apapun.

aku merasakan kehilangan lagi. entah apa yang tuhan persiapkan untukku sehingga proses nya sampai sesulit ini. 

kamu harus tau, seberapa panjang perjalananku sampai aku ada di titik ini, seberapa keras nya perjuanganku sampai aku bisa berhasil untuk selalu membela namamu. kamu memang tidak minta dibela, tapi aku akan selalu membelamu dalam keadaan apapun. kamu harus tau lelah nya aku untuk masalah ini. aku yang selalu berusaha untuk menyelesaikan sendiri, dan akhirnya, aku sudah sampai di fase aku berhasil untuk menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain bahkan tanpa bantuan kamu.

aku yang berhasil melewati fase dimana aku meyiksa diriku sendiri demi kamu. dikala itu, makan ku tidak pernah lagi teratur, tidurku tidak pernah lagi nyenyak, malamku berubah menjadi malam penuh tangisan, aku selalu melukis di tangan kiriku untuk encari ketenangan semata padahal yang aku butuhin kamu.

akan kutepati janjiku saat itu dimana aku mengutarakan janji aku akan melepasmu disaat masalah ini sudah selesai. tenang saja, aku pasti akan membayar janjiku kepadamu.

hari dimana aku mencarimu sudah berakhir, hari dimana aku menunggumu sudah selesai. hari hari itu sudah tidak ada lagi. dan akhirnya selalu ada batas untuk setiap perjalanan, selalu ada kata selesai untuk setiap yang dimulai.

Senin, 15 Januari 2024

maaf dan terimakasih.

 tentang aku dan kamu yang tidak akan pernah menjadi kita.

pada awalnya, memang seharusnya kita tidak harus sejauh ini kan? buat apa kita berjalan sejauh ini, tetapi tidak menghasilkan apa apa. aku senang mengenalmu, tidak ada rasa penyesalan dihidupku setelah mengenalmu. dan seharusnya aku hanya mengagumi mu saja tanpa harus berkomunikasi. malam ini, 15 januari 2024, aku berantakan, aku hancur sehancur hancurnya, tidak, bukan karenamu, karena diriku terlalu bodoh membiarkan mu masuk kedalam masalahku sampai kamu harus menjadi korban atas diriku. maaf, beribu maaf akan aku ucapkan untuk kamu, maaf sudah membuat hidupmu sepeti ini, maaf kalau kehadiranku membuat kamu susah, dan maaf kalau menurutmu aku penjahatnya. tapi demi tuhan, aku mempertahankan nama baik dan hubungan kita didepan semua orang, aku selalu membela namamu ketika semua orang mengatakan kamu tidak baik untukku, nyatanya mereka tidak tahu seberapa baik kamu terhadapku.

"kak, aku berantakan juga, aku capek, aku kacau, aku cuma bisa nyakitin kamu aja ya? tanpa bisa bahagiain kamu. tanganku gemeteran kak, aku takut, takut akan segala hal. tolong jangan larang aku menangis untuk saat ini, karena selain menangis aku gatau mau lakuin apa lagi untuk lampiasin semuanya. kak, kalo nanti aku udah nyerah, kamu harus percaya kalo aku berusaha mati matian untuk gamau kalah sama keadaan, aku juga pengen pertahanin kamu, tapi kamu juga tau karang yang selalu diterpa ombak pasti akan hancur. seandainya perasaan itu bisa diukur, akan aku pastiin kalo aku pemenang dari semua yang sayang sama kamu."

suatu kata kata yang aku akan simpan sendiri karena aku tidak berani untuk mengungkapkan nya kepadamu, jikalau suatu saat kamu sudah mengetahui isi blog ini, aku harap kamu paham apa yang aku rasakan pada hari ini dan malam ini. kamu akan mengetahui semuanya, suatu saat nanti. untuk saat ini, cerita ini akan aku simpan sendiri, karena aku hanya perempuan yang bisa mengekspresikan sedihku lewat tulisan, kamu akan tahu ini.

andai saja, aku tidak mengiyakan untuk menjalani hubungan tanpa status bersama kamu sampai hari ini, percayalah, kejadian ini tidak mungkin adanya. iya, memang ini semua salahku. aku menangis dalam diam, terpa angin menjadi saksi akan kesedihanku saat ini, teman temanku menjadi saksi betapa merasa bersalah nya aku kepadamu, mereka juga menjadi saksi betapa besar aku sangat mencintaimu daripada mencintai diriku sendiri. dan tuhan menjadi saksi akan doa yang selalu ku panjatkan untukmu, aku selalu meminta kepada tuhan semoga kisah mu tidak dipersulit. akan selalu aku iringi kamu dengan doaku yang melayang di langit. aku dan ibumu bersaing untuk mendoakan mu dengan doa yang terbaik untuk kamu. 

pada malam ini kamu menghilang entah kemana. kamu yang sibuk mencari ketenangan diluar sana, dan aku yang sibuk mencarimu malam ini. kamu tidak akan tahu betapa cemasnya aku disaat kamu menghilang. pikiranku berkecamuk menjadi satu, pikiran baik dan buruk tentangmu. bohong kalau dibilang aku tidak khawatir. aku tidak bisa apa apa selain meminta kepada tuhan agar kamu diberikan keadaan yang baik baik saja serta sehat selalu. aku tidak akan bosan untuk memanjatkan doa untukmu. carilah ketenangan yang kamu mau, bahkan ketenangan itu sesosok perempuan. wallahi, demi allah aku ikhlas jika kamu menemukan kebahagiaan mu selain aku. cari rumah yang akan kamu tempati nantinya dengan nyaman dan tenang. aku rela jika kamu pergi mencari kebahagiaan baru, bahkan aku tidak rela jika kamu masih berada di keadaan yang sama dengan situasi yang sama juga. setelah aku pastikan kamu sudah bahagia, aku akan pergi dan aku tidak akan menampakkan diriku dihadapanmu lagi. pegang janjiku.

tidak ada rasa untuk membencimu sedikitpun, aku hanyalah perempuan biasa yang tidak pantas untuk laki laki hebat seperti kamu. pergilah, cari sosok perempuan yang sabar nya seluas samudera, yang hati nya selalu lapang nerima baik buruknya kamu, jangan mencari perempuan berantakan seperti aku. tenang saja, akan selalu aku iringi kamu dengan doa terbaikku di sepertiga malamku, dengan tuhan kita, dan aku pastikan doaku didengar oleh tuhan dan semoga tuhan selalu berpihak kepadamu.

jika suatu saat nanti kamu telah menemukan sesosok perempuan yang kamu impikan, aku hanya bisa tersenyum melihatmu bahagia dari jauh sana. aku berhasil, setidaknya aku sudah mengantarmu untuk pulang kerumah yang sebenarnya. setidaknya doa yang selama ini aku panjatkan untukmu tidak ada kata sia sia. aku sangat bahagia melihatmu bahagia walau tanpa aku, karena aku tahu kamu tidak akan bahagia jika ada aku. selamat berkelana tuan. tujuanmu sudah sampai. aku hanya bisa mengiringi kamu sampai saat itu tiba, setelah itu akan aku serahkan semuanya kepada dia yang kamu sebut rumah, biarkan dia yang mengurus dan mengirimu dengan doa selanjutnya.

aku menemukan kata kata ini "jika lukamu sedalam laut, maka ikhlasmu harus seluas langit" akan aku buktikan kesemua orang kalau ikhlasku akan seluas, bahkan lebih luas dari langit.

untuk malam ini, tolong panggil aku dengan sebutan perempuan gila, iya aku gila. diam diam aku berusaha untuk tidak menjadi perempuan gila, dan nyatanya aku gagal dan kembali di era ini. kamu tidak perlu tahu bahwa aku seberantakan dan segila apa, biarlah hanya aku dan tuhan yang mengetahui ini semua. dibalik berantakannya aku, aku tidak lupa selalu memikirkan keadaan mu bagaimana. didepanmu, aku berusaha untuk selalu terlihat tenang, tapi dibalik itu semua ahh aku rasa kamu tidak perlu tahu hahaha. 

aku ingin berterimakasih kepada ibumu karena telah melahirkan satu laki laki indah sepertimu, yang mampu melahirkan bintang bintang yang sama indah nya dengan kamu. 

"ibu, terimakasih sudah menghadirkan dia di dunia ini, meskipun kehadirannya tidak diterima oleh dunia. ibu harus tau, bahwa anak laki laki ini adalah laki laki terhebat. dia sedang menjalani proses pendewasaan nya bu.. dia sedang melewati banyak lika liku kehidupan yang sebenarnya. saya hanya sempat menemani proses nya sementara, tidak selamanya karena saya bukan wanita yang ia mau bu. ibu, laut sama senja aja kalah indah nya sama anak laki laki ibu. ibu, maaf karena saya anak laki laki hebat ibu terluka, hati nya tergores karena saya bu, maaf untuk sebesar besarnya. akan saya sembuhkan terlebih dahulu dan setelah dia sembuh saya pastikan saya tidak akan pernah kembali. ibu, untuk saat ini ayo kita bertarung untuk mendoakan hal hal baik untuk dia dan masadepannya. doa ibu akan saya bantu untuk dilangitkan sama tuhan. bu, anak laki laki ibu  pernah menjadi semesta saya walaupun sementara. bu, terimakasih ya? sudah menitipkan dia kepada saya. demi tuhan saya bahagia bu ketika berada bersamanya, saya merasa wanita paling beruntung didunia dikala itu, saya merasakan apa arti dicintai dan saya mulai berada di fase semua saya dirayakan sama anak ibu. semua bentuknya dirayakan oleh anak ibu. bu, ibu harus bangga punya anak sehebat dia, dia mampu melawan kerasnya badai dunia bu, dia melawan sendirian tanpa bantuan siapa siapa. bu, jika saya nanti sudah menghilang dari hadapan anak ibu, tolong bimbing dia menuju jalan yang benar bu, bimbing dia untuk menemukan perempuan seperti ibu, yang baik nya seluas samudera. bu, jika kita bertemu akan banyak hal yang saya mau ucapkan kepada ibu, tentang rasa terimakasih dan rasa maaf atas segala sakit yang dirasakan oleh anak ibu. tapi bu, demi tuhan saya selalu berusaha. akan saya dahulukan dia daripada diri saya sendiri. bu, saya sudah mendapat pesan dia bu, dia mengirimi saya pesan dan dia masih menunggu saya. bu, perlu ibu ketahui, anak ibu sangat baik, anak laki laki yang selalu sabar akan apapun hal yang dia lampau. ibu, sekali lagi saya ucapkan terimakasih karena sudah melahirkan laki laki baik didunia ini, dan maaf karena luka yang saya beri ke laki laki ibu."

akhirnya kamu membalas pesanku yang sedari kutunggu dengan kekhawatiran ku yang tidak jelas. terimakasih sudah membalas, walaupun balasanmu itu bukan hal yang ku mau tetapi tidak apa apa akan kuhargai itu. akankah kamu tau betapa sakitnya aku disaat kamu mengeklaim bahwasanya aku belum selesai dengan masalaluku? demi tuhan, aku bersumpah aku sudah selesai dengan masalaluku, aku tidak akan memulai denganmu jika aku belum selesai dan masih terlibat. tidak apa apa, kamu akan kubebaskan berpendapat, aku tidak akan marah. hal yang harus aku lakukan hanya menenangkanmu dan membuat kamu percaya denganku, itu tujuan ku. perihal percaya atau tidak nya kamu, itu urusan belakang, intinya aku sudah berusaha semaksimal mungkin.

terakhir, perlu kamu ketahui bahwa aku akan tetap mecintaimu seperti aku mencintaimu sejak awal dulu. rasa ini tidak akan pudar, aku berani bersumpah. entah kisah kita berada di happy ending atau sad ending, kamu akan aku kenang sebagai laki laki terbaik didalam hidupku. dan kamu akan selalu abadi di dalam tulisanku meskipun kamu telah pergi, pasti, akan kupastikan namamu selalu abadi didalam karya yang aku tulis. terimakasih sudah membuatku mengerti apa arti dicintai meskipun hanya pura pura tetapi terimakasih, laki laki hebat. bahkan aku siap menerima hukuman dari tuhan akan kesalahanku padamu, aku ikhlas.